Konsep Islam moderat banyak dibicarakan oleh masyarakat muslim saat ini. Lantas, bagaimana prinsip Islam moderat dan ciri-cirinya.
Awalnya konsep Islam moderat dipopulerkan oleh kalangan cendekiawan muslim. Kemudian konsep ini diasosiasikan dengan interprestasi Islam yang penuh toleransi, cinta kedamaian, kesetaraan, dan inklusivitas.
Bagaimana Prinsip Islam Moderat?
Pengertian Islam moderat yang paling populer adalah sebagai paham keislaman yang di tengah atau wasathiyyah. Kata moderat ini dimaknakan dengan wasathiyyah yang berarti tengah, adil, atau seimbang.
Mengutip buku Menuju Islam Moderat, Muhammad Haris (2020) Islam moderat atau Islam wasathiy atau wasathiyyah al-Islam adalah merupakan sifat lazimah yang melekat pada Islam, bukan sesuatu yang ditempelkan atau terpisah kemudian disambungkan ke Islam.
Kata 'wasath' sendiri muncul beberapa kali dalam Alquran, salah satunya di surat al-Baqarah ayat 143. Ada kata ummatan wasathan di ayat ini. Tafsir al-Mannar memaknai kata wasathan di ayat tersebut sebagai adil dan takhyir, atau tidak berlaku ifrath dan tafrith.
Dalam artikel berjudul "Kehidupan Berbangsa Dengan Prinsip Moderasi" di Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Studi Agama-Agama (Vol. 9, 2023), dijelaskan bagaimana prinsip Islam moderat, yakni sebagai berikut:
Wasathiyah adalah sikap mengambil jalan tengah dengan tanpa melebih-lebihkan agama Islam dan merendahkan ajaran lain. Wasathiyah sendiri bermakna mengambil posisi tengah di antara dua pandangan yang saling berlawanan.
Istilah Tawazun berasal dari kata 'mizan' yang berarti keseimbangan atau timbangan. Dalam Islam moderat, Mizan tidak dimaknai sekadar alat atau benda untuk menimbang, melainkan sebagai adil terhadap dunia maupun kehidupan kekal setelah kematian.
Kata 'I'tidal' berasal dari kata Arab 'adil' yang artinya sama. I'tidal dalam Islam moderat mengharuskan umat Islam bersikap adil dan selalu jujur kepada semua orang.
Tasamuh berasal dari bahasa Arab, samhun yang berarti 'memudahkan'. Toleransi adalah perilaku yang menghargai perbedaan. Toleransi memiliki makna menghormati, bukan membenarkan atau mengikuti ajaran yang lain.
Islam tidak membeda-bedakan manusia dari sudut pandang pribadi. Dengan prinsip musawah, setiap orang memiliki derajat yang sama dengan lainnya tanpa memandang jenis kelamin, ras, suku, budaya, kelas sosial, kekayaan, maupun keyakinan.